Definisi Quality Control (QC)
Semua usaha untuk menjamin (assurance) agar hasil dari
pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen
(pelanggan).
Tujuan quality control adalah agar tidak terjadi barang yang
tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (second quality) terus-menerus
dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa
puas dan perusahaan tidak rugi.
Tujuan Pengusaha menjalankan QC adalah untuk menperoleh
keuntungan dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar pelanggan merasa
puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapat keuntungan untuk jangka
panjang.
Bagian pemasaran dan bagian produksi tidak perlu melaksanakan,
tetapi perlu kelancaran dengan memanfaatkan data, penelitian dan testing dengan
analisa statistik dari bagian QC yang disampaikan kepada pihak produksi untuk
mengetahui bagaimana hasil kerjanya sebagai langkah untuk perbaikan.
Saat pelaksanaan pengujian QC dan testing bila ditemukan
beberapa masalah khusus, perlu dibuat suatu study agar dapat digunakan untuk
mengatasi masalah di bagian produksi tersebut.
Di samping tersebut di atas tugas bagian QC yaitu jika terjadi
komplain, mengadakan cek ulang dan menyatakan kebenaran untuk bisa diterima
secara terpisah lalu dilaporkan kepada departemen terkait untuk perbaikan
proses selanjutnya
Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
·
Pengendalian biaya (Cost Control)
Tujuannya
adalah agar produk yang dihasilkan memberikan harga yang bersaing (Competitive
price)
·
Pengendalian Produksi (Production Control)
Tujuanya
adalah agar proses produksi (proses pelaksanaan ban berjalan) bisa lancar,
cepat dan jumlahnya sesuai dengan rencana pencapaian target.
·
Pengendalian Standar Spesifikasi produk
Meliputi
aspek kesesuaian, keindahan, kenyamanan dipakai dsb, yaitu aspek-aspek fisik
dari produk.
·
Pengendalian waktu penyerahan produk (delivery control)
Penyerahan
barang terkait dengan pengaturan untuk menghasilkan jumlah produk yang tepat
waktu pengiriman, sehingga dapat tepat waktu diterima oleh pembeli.
JENIS JENIS QUALITY
CONTROL
1. Piece Goods
quality control/pemeriksaan bahan baku.
·
Adanya inspector pada saat staffing ( bongkar
muat )
·
Melakukan pengecekan sejumlah 10% kain dari total kain yang
diterima
·
Melakukan dan mengevaluasi adanya fabric defect/
cacat kain
·
Melakukan perbaikan apabila diperlukan
2. Cutting Departemen Quality
Control
·
Melakukan persiapan terhadap kebutuhan manpower
·
Mempunyai sistim pengecekan pada setiap step proses cutting (
Misalnya pada proses : marker, spreading, cutting dan cuttingpieces/
komponen )
·
Mempunyai sistim perbaikan apabila diperlukan.
3. In
process Quality Control
·
Melakukan persiapan terhadap manpower, alat yang
diperlukan mempunyai tempat dengan penerangan yang baik sebagai
tempat pengecekan.
·
Mempunyai sistim sampling plan
·
Mempunyai prosedur dalam menangani masalah rejection dalam bundeling sistim
·
Mempunyai sistim audit minimum per hari untuk
setiap operator. Untuk operator baru
pengecekan minimum 3 x per hari
·
Mempunyai sistim audit untuk setiap tahapan
proses
·
Mempunyai sistim inspect untuk setiap bundle, dengan
cara diambil 7 pcs per bundle dan akan
dinyatakan reject apabila ditemukan 1 pcs.
·
Mempunyai sistim kontinyu audit untuk operator yang
mempunyai masalah.
·
Mempunyai sistim menyimpanan record untuk operator bermasalah.
4. Final Statistical
Audit
·
Menentukan pada step mana kita melakukan sistim
audit , dengan menentukan dari status produksi.
·
Menentukan berapa colour/warna atau berapa
model/style yang akan di audit.
·
Mempersiapkan manpower, alat dan tempat
·
Melakukan pemilihan pada garmen sesuai dengan statistical
sampling plan
·
Melakukan pemeriksaan terhadap jumlah contract dan
melakukan periksaan terhadap akurasi labelling dan model/style.
·
Melakukan pemeriksaan secara visual untuk
setiap jenis quality defect
·
Melakukan pemeriksaan terhadap jumlah garmen yang
bermasalah
SISTEM PEMERIKSAAN DALAM
PROSES PRODUKSI
Pemeriksaan Sample
(Sample Inspection)
·
Sample adalah contoh bahan atau material, contoh model atau
style, atau contoh garmen. Sample ini dapat berupa sample dari pihak pembeli
atau pun yang dibuat oleh pihak pabrik.
·
Sample yang dimaksud di sini adalah sample yang dibuat oleh
pihak pabrik berdasarkan contoh dari pihak pembeli.
·
Tujuan pemeriksaan adalah agar seluruh sample yang dibuat oleh
pihak pabrik (bagian sample) bebas dari cacat, kerusakan, penyimpangan/
ketidaksesuain baik model, mutu jahitan/finishing, ukuran, warna, dan lain
sebagainya.
·
Mutu produk adalah kesesuaian ciri dan karakter produk yang
dibuat, dengan ciri dan karakter produk yang diminta, dan kemampuan suatu
produk untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam kondisi tertentu.
·
Setelah menerima sample, selanjutnya sample di-copy komplit
size, cek style dan ukuran, kemudian dilanjutkan dengan membuat top sample pre
production sebanyak 4 pcs atau lebih per style dan size.
Urutan/Prosedur Pemeriksaan
Sampel (QC Sampel):
·
Petugas bagian quality control (QC) akan menerima sample dan
lembar pemeriksaan sample dari petugas bagian sample.
·
Lembar rencana kerja (work-sheet) dan contoh produk garmen yang
akan diproduksi dibuat oleh petugas bagian sample & Merchandiser
diserahkan ke bagian QC.
·
Petugas QC akan memeriksa dan memberi komentar/koreksi terhadap
sample pada lembar pemeriksaan (work-sheet) dan menyerahkan kembali kepada
merchandiser.
·
Merchandiser mempelajari catatan QC dan memutuskan untuk dikirim
ke bagian produksi atau ditolak dan dikembalikan kepada bagian pembuatan sample
untuk dibuat ulang contoh atau sample.
·
Jika sample ditolak oleh merchandiser maka sample akan
dikembalikan kepada bagian pembuatan sample untuk diperbaiki atau dibuat ulang
sesuai dengan mutu sample yang dikehendaki oleh pembeli.
·
Jika sample diterima atau disetujui oleh merchandiser maka
sample tersebut akan dikirim oleh merchandiser ke pihak pembeli guna
mendapatkan persetujuan, sesuai permintaan atau tidak (approval sample)
·
Petugas QC akan menerima salinan atau copy laporan pemeriksaan
sample dari merchandiser.
·
Sampel yang telah disetujui pihak pembeli (approval sample)
dikembalikan ke bagian produksi untuk diproduksi secara massal.
PEMERIKSAAN PADA BAGIAN
POTONG/CUTTING
Cutting adalah proses
pemotongan kain sesuai pola marker yang ada dan sudah dicek
kebenarannya oleh bagian marker dan QC cutting. Secara singkat yang dilakukan
oleh bagian QC cutting adalah mengecek gelaran kain, kain tidak gelombang,
tidak melipat, kain bawah sampai atas harus sama, dan penyusutan kain. Kemudian
mengecek hasil potongan, potongan harus sesuai dengan sample dan toleransi
ukuran.
Urutan/prosedur
pemeriksaan pada cutting (QC Cutting):
·
Periksa lembar kain bagian atas sampai pada lembar kain bagian
bawah dengan posisi kertas marker.
·
Periksa dan cocokkan komponen pola dengan komponen pola yang
terdapat pada kertas marker apakah komponen pola sudah lengkap atau belum.
Petugas QC harus mencatat semua temuan pada lembar laporan pemeriksaan.
·
Periksa apakah terdapat kesalahan potong pada setiap garis
komponen pola ataukah tidak.
·
Cek interlining dengan pola (bila komponen garmen menggunakan
interlining dan bordir)
·
Kesalahan potong pada bagian yang seharusnya dipotong ulang pada
kain cadangan, dilakukan pencatatan dan pemotongan ulang
Lebih detailnya adalah
sebagai berikut :
·
Melakukan pemeriksaan terhadap kontruksi kain, warna kain,
design kain, bagian luar dalam kain, dan bagian centre line kain.
Juga melakukan pemeriksaan terhadap kualitas kain.
·
Melakukan pemeriksaan pada marker, apakah
rasio size/ukuran sudah memenuhi seluruh size/ukuran
yang dipesan
·
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil spreading/ampar
apakah kain yang diampar sudah benar benar rata tidak bergelombang dan lurus.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap metode cutting
·
Pemeriksaan terhadap hasil potong, apakah seluruh hasil
potong sudah benar benar sesuai dengan original pattern/pola yang
diberikan oleh buyer/pemesan.
·
Pemeriksaan pada hasil potong, apakah stripe atau
kotak dari potongan komponen benar benar matching dan balance.
PEMERIKSAAN PADA BAGIAN
FUSING
·
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil fusing sebelum
dan sesudah pencucian. Apakah mengalami perubahan warna dan ukuran.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas fusing yang
dihasilkan, terdapat delamination dan strike trough atau
tidak. Apakah bond strength sudah memenuhi standar atau tidak.
·
Melakukan pemeriksaan khusus untuk kain stripe/kotak
hasil fuse benar benar lurus dan balance.
·
Melakukan pemeriksaan apakah interlining yang
digunakan sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh buyer atau
tidak.
PEMERIKSAAN PADA BAGIAN
JAHIT.
Urutan/prosedur pemeriksaan
pada proses Sewing:
·
Bekerja sesuai dengan pedoman produksi atau work sheet.
·
Mengikuti proses sesuai dengan layout sampai baju jadi
·
Periksa hasil cutting per komponen sesuai dengan sample dan
toleransi
·
Memeriksa jumlah stikan dalam 1 inch (stitch/inch)
·
Periksa hasil jahitan dan ukuran tiap tahapan proses, jahitan
harus baik, rapi, tidak loncat.
·
Periksa hasil jadi sesuai dengan work sheet
·
Periksa hasil jadi setelah dilakukan trimming
·
Semua data dicatat pada blangko yang sudah disediakan
Lebih detailnya adalah
sebagai berikut :
·
Melakukan pemeriksaan terhadap model/style yang akan
digunakan.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap material penunjang
yang akan digunakan, nisalnya : Label, Button, benang
·
Melakukan pemeriksaan terhadap hasil komponen jadi, spi, ukuran,
model/style, handling/penanganan
·
Melakukan pengukuran terhadap garmen jadi
·
Melakukan tes cuci pada garmen jadi untuk mengetahui apakah ada
perubahan warna, dan ukuran setelah pencucian.
PEMERIKSAAN PADA BAGIAN
GOSOK-LIPAT – PENGEPAKAN
·
Melakukan pemeriksaan secara tekhnis apakah temperature/suhu
yang digunakan sudah sesuai dengan jenis kain yang akan digosok atau tidak.
·
Melakukan pemeriksaan dari hasil gosok, apakah ada perubahan
warna, bentuk dan ukuran setelah penggosokan.
·
Melakukan pemeriksaan dari hasil gosokan apakah sudah halus
sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.
·
Melakukan pemeriksaan apakah folding method/cara
lipat sudah seusesuai dengan permintaan buyer atau tidak.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap material penunjang( card
board, paper collar stripe, plastic collar support, tissue paper, hang
tag, price ticket ) apakah sudah sesuai yang dengan permintaan
dari buyer atau tidak.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap kualitas, ukuran dari export
carton.
·
Melakukan pemeriksaan terhadap total jumlah
per carton, dan methode packing.
FINAL AUDIT PROCEDURE/
PROSEDUR FINAL AUDIT
Final audit akan
dilakukan pada posisi garmen dengan status produksi tertentu.
·
Melakukan pemeriksaan kesesuain pada jumlah pemesanan, warna dan
model.
·
Melakukan pemilihan/pengambilan garmen secara random sesuai
dengan statistical sample plan.
·
Melakukan pemeriksaan secara visual dari hasil
operasi sewing/ jahit apakah kualitas jahit sudah sesuai atau tidak
dengan standar
·
Melakukan pemeriksaan terhadap ukuran, apakah sudah sesuai
dengan pemesanan atau tidak. Minimum pengukuran 5 pieces untuk
setiap warna dan ukuran.
·
Melakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap: model, kain,
warna, jahitan, material penunjang, konstruksi material, price ticket,folding
method/cara lipat, carton marking. Dan carton labeling.
KLASIFIKASI DEFECT
Defect akan
diklasifikasikan menjadi dua yaitu, defect major dan defect
minor.
Major defect adalah
sebuah kondisi garmen yang diindikasikan akan menjadi second
quality atau
tidak memenuhi standar karena beberapa alasan berikut :
·
Defect tersebut akan mempengaruhi integrity/keutuhan
dari product
·
Defect tersebut akan mempengruhi terhadap daya jual dari product
·
Defect tersebut akan mempengaruhu kepercayaan dan
kepuasan konsumen terhadap product
·
Defect tersebut menjadikan ketidak sesuaian pada style
<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Minor defect adalah
sebuah kondisi dimana defect tersebut tidak akan menimbulkan complain dari
konsumen.
DEFINISI DEFECT PADA
BAGIAN SEWING/JAHIT
·
Crooked label/ label tidak di tengah +/- 1/16” dari tengah masih
diperbolehkan
·
Label seam ends on yoke/ jahitan label tembus satu jarum pada bahu. Diperbolehkan tidak
melebihi 1/8”
·
Label stitching over run/ jahitan label keluar. Diperbolehkan tidak
melebihi satu jarum
·
Poor banding/ lapisan kaki kerah melintir. Tidak diperbolehkan
·
Nose on band extension/pemasangan kaki kerah nonjol. Diperbolehkan tidak melebihi
1/16”.
·
Uneven collar point length/Lebar dari pucuk kerah tidak sama kiri dan
kanan. Tidak ada toleransi , ukuran harus benar benar akurat.
·
Untidy joint stitching at collar/jahitan sambungan pada
kerah. Tidak diperbolehkan ada jahitan sambung pada bagian kerah.
·
Mismatched collar/kerah tidak matching. Diharuskan matching pada
bagian ini.
·
Skip stitch collar/stik kerah loncat. Tidak diperbolehkan
·
Open seam collar closing/pasang tutup kerah jebol. Tidak ada toleransi.
·
Beading collar point/pucuk kerah tidak lancip. Tidak ada toleransi.
·
Fractured Collar point/pucuk kerah jebol. Tidak ada toleransi.
·
One front longer than other/bagian depan kiri kanan tidak sama. Tidak
diperbolehkan melebihi ¼”
·
Skip stitch top centre/jahitan loncat pada bagian tengah. Tidak ada toleransi.
·
Missing or faulty button/kurang atau rusak kancing. Tidak ada
toleransi.
·
Open seam joining/jebol pada penggabungan. Tidak ada toleransi
·
Faulty pocket blocking/Block saku kurang baik. Tidak ada toleransi.
·
Incorrect pocket location/penempatan saku yang tidak sesuai.
Diperbolehkan tidak melebihi ¼”
·
Hi Low Pocket/Pocket kiri dan kanan tidak sama posisinya. Diperbolehkan tidak
melebihi 1/4”
·
Sleeve not even at armhole/ tangan tidak sama pada bagian ketiak.
Diperbolehkan tidak melebihi ¼”
·
One sleeve longer than other/panjang tangan kiri dan kanan tidak sama.
Diperbolehkan tidak melebihi ¼”
·
Puckering/Kerut. Tidak diperbolehkan.
·
Sleeve placket faulty blocking/Blocking tangan tidak
bagus. Harus diperbaiki.
·
Fullness in Cuff/Gelembung pada manset. Harus diperbaiki.
·
Nose on Cuff/pemasangan manset menonjol ke luar.Harus diperbaiki.
·
Beading Cuff attached/Pasang manset menonjol ke atas. Harus diperbaiki.
·
Needle pulls, needle chew/Terdapat bekas karena jarum tumpul. Tidak
diperbolehkan.
·
Brooken stitch/Jahitan putus. Tidak diperbolehkan.
·
Half sewn button/jahitan kancing hanya separuh.
DEFINISI DEFFECT PADA
BAGIAN FOLDING DAN PACKING
·
Crushed or no collar support/Rusak atau sobek kertas penahan kerah. Harus
diperbaiki.
·
Tie space too big/overlap/Jarak pemasangan dasi terlalu lebar atau
bertumpang tindih.
·
Crooked Collar/Kerah tidak pas pada bagian tengah lipatan.
·
Mismatched front stripe/plaid/Bagian kiri dan kanan tidak matching untuk
stripe atau kotak.
·
Mismatched pocket/Pemasangan saku tidak matching.
·
Mismatched collar/Kerah tidak matching
·
Collar not rolled properly/Kerah tidak bulat secara sempurna.
·
Torn/misprinted poly bag/ Plastik robek dan ada
kesalahan print.
·
Dry wrinkles/ Gosokan tidak rapi.
·
Poor Pinning/Pemasangan jarum pentul tidak baik.
·
Crooked front folding/Bagian lipatan kiri kanan tidak seimbang.
·
Flaps not covering to pocket/Tutup saku tidak menutupi secara sempurna.
·
Puckering collar closing/kerut pada bagian pemasangan kerah.
·
Fullnes in band/gelembung pada bagian dalam kaki kerah
·
Hi Low Button Down/Kancing kerah kiri kanan tinggi rendah.
·
Misaligned neck button to front button/Kancing leher tidak lurus
terhadap kancing depan.
·
Fullness around collar/Gelembung sekitar kerah
·
Fullness between 1st and 2nd front
button/Gelembung
antara kancing pertama dan kedua pada bagian depan.
·
Wrong size in box/Salah memasukan ukuran pada box
·
Wrong assortment/ Salah assortment
·
Wrong style in box/ Salah style yang masuk pada box
·
Wrong poly bag/ Salah plastic
·
Wrong Carton Marking/ Salah print pada karton box
Untuk itu perlu dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
·
Pengendalian biaya (Cost Control)
·
Tujuannya adalah agar produk yang dihasilkan memberikan harga
yang bersaing (Competitive price)
·
Pengendalian Produksi (Production Control)
·
Tujuanya adalah agar proses produksi (proses pelaksanaan ban
berjalan) bisa lancar, cepat dan jumlahnya sesuai dengan rencana pencapaian
target.
·
Pengendalian Standar Spesifikasi produk
·
Meliputi aspek kesesuaian, keindahan, kenyamanan dipakai dsb, yaitu
aspek-aspek fisik dari produk.
·
Pengendalian waktu penyerahan produk (delivery control)
·
Penyerahan barang terkait dengan pengaturan untuk menghasilkan
jumlah produk yang tepat waktu pengiriman, sehingga dapat tepat waktu diterima
oleh pembeli.
Jika Postingan ini Bermanfaat untuk kawan-kawan silahkan di LIKE, FOLLOW and SHARE. Thank you......
Sumber : Aas Asmawati, QA Garmen di PTBB UNY
Comments
Post a Comment